Antrian Menumpuk, Jalan SPBU Mampaliasan Macet
Warga Minta Sistim Distribusi di Evaluasi
Memang lebar jalan di ruas itu termasuk sempit jika dibandingkan arus kendaraan yang hilir mudik. Apalagi jika kiri-kanan bahu jalannya sudah diambil parkir antrian BBM. Akibatnya, tumpukan kendaraan yang terjadi membuat jalan depan SPBU Mampaliasan macet.
Sebagai penghubung utama antara pusat kota dengan kawasan perkantoran Pemda termasuk seluruh wilayah kecamatan Banggai Tengah-Selatan, ruas Mampaliasan memang tergolong akses jalan terpadat di kota Banggai.
Akibatnya, semenit saja terjadi kemacetan maka dimenit berikutnya jalan akan langsung dipenuhi hiruk-pikuk ratusan kendaraan yang berjubel.
“Ini sudah sangat mengganggu dan tak bisa dibiarkan. Pertamina harus menertibkan pemilik SPBU untuk mengatur sistim distribusi BBM,” ungkap seorang ASN yang kesal terjebak macet. (baca juga : https://www.antaranews.com/berita/3794145/petugas…)
Dari beberapa pembicaraan, warga melihat adanya praktek yang menjurus ke penimbunan BBM yang dilakukan sejumlah oknum pengantri.
Itu terbukti dari puluhan mobil yang nampaknya hanya itu-itu saja yang bolak-balik ke stasiun pengisian. Kondisi ini menyebabkan jumlah antrian nyaris tak berubah dan setiap hari jalanan akan terus terancam kemacetan.
“Sebaiknya SPBU mendata kendaraan yang masuk berdasar nomor platnya. Terutama yang roda empat biar tidak ada yang ba isi satu hari sampe tiga empat kali,” ujar dia.
ASN itu menandai rata-rata pengantri BBM pembuat kemacetan di SPBU Banggai umumnya adalah pengecer. Karena tidak adanya pengawasan yang berkeadilan dari pihak SPBU menyebabkan sistim antrian mengarah ke hukum rimba, siapa kuat dia dapat. Akhirnya jatah BBM masyarakat terganggu dan sering kehabisan.
“Dorang itu pedagang, bisa saja dimaklumi tapi jangan juga ba antri ulang-ulang supaya ada juga untuk masyarakat. Ini bulum apa-apa SPBU so tutup katanya stock so habis,” celotehnya.
Nampaknya dinas terkait, pihak Pertamina Banggai dan pemilik SPBU sudah harus duduk bersama untuk menindak lanjuti keluhan ini sebelum keadaan menjadi tambah tak terkendali. (Arjuna)