Politik

Hidayat Lamakarate Ke Banggai Laut, Apakah Mungkin,,,!?

Mediakeraton.com – Keinginan kuat sebagian warga Banggai Laut meminta kembali mantan Sekdaprov Sulteng, Hidayat Lamakarate untuk maju pilkada sebagai calon Bupati Banggai Laut 2024-2029 berhembus dengan cepat.

Wacana yang pertama kali terbit dari sudut pendopo Batomundoan Banggai itu merebak massive dalam rupa-rupa perbincangan dan mengundang ragam spekulasi.

Memang satu hal yang tak dapat dipungkiri bahwa masih banyak warga Banggai Laut yang diam-diam begitu menginginkan pria lulusan APDN tahun 1992 itu kembali pimpin daerahnya.

Bagi masyarakat Balut, sosok bangsawan Kaili yang juga mantan birokrat puncak provinsi Sulawesi Tengah itu sangat familiar.

Ketokohannya mengorbit ketika pada 2013 Banggai Laut berpisah dari wilayah administratif kabupaten Banggai Kepulauan dan mendapat status otonomi sendiri.

Untuk mempersiapkan pemerintahan definitif, Longky Djanggola selaku Gubernur Sulteng kala itu kemudian menugaskan Hidayat sebagai Penjabat (Pj) Bupati dan memimpin Banggai Laut antara tahun 2013 hingga tahun 2015.

Baca Juga : Banggai Laut Menuju Suksesi, Nama Hidayat Lamakarate Muncul Kembali

Meski hanya berkisar dua tahunan, periode itu ternyata menorehkan kesan mendalam dan melekat manis dalam benak warga setempat.

Betapa tidak… Selain terkenal ramah dengan rakyatnya, Hidayat tercatat berhasil meletakkan pondasi awal pemerintahan yang kuat dan membangun perwajahan kota Banggai menuju kota berkelas meski dengan APBD yang relatif sangat minim.

Ia juga dinilai sukses membentuk tatanan sosial kemasyarakatan dan membangun pola kemitraan yang sehat serta saling mendukung bersama lembaga-lembaga non pemerintahan semisal kerukunan-kerukunan adat juga tokoh-tokoh organisasi kepemudaan.

Itulah sebabnya, ketika telah menyelesaikan masa tugas dan hendak kembali ke Palu pada akhir tahun 2015, keberangkatan Hidayat Lamakarate telah menggerakkan ribuan warga Banggai memadati pelabuhan dalam sebuah momentum pelepasan yang dramatik dan mengharukan.

Kembali ke soal pilkada.

Kendati nama Hidayat Lamakarate masih jadi magnet kuat dalam kancah perpolitikan Balut namun banyak kalangan yang meragu, apakah mungkin membawanya kembali ke daerah ini untuk bertarung pilkada…!?

Beberapa persoalan spesifik terulas dari pandangan seorang politisi senior dengan menyikapi fakta-fakta kekinian yang sedang terjadi,

Adalah Presiden FMBB, Achmad Buluan pada perbincangan pagi tadi, (Rabu, 14/8), menyebut jadi tidaknya Hidayat ke Balut bergantung pada dua hal yakni apakah yang bersangkutan mau dan apakah masih ada slot kursi partai yang terbuka.

“Perkara Hidayat Lamakarate siap nyalon di Balut hanyalah perkara seberapa berharganya negeri ini dalam pandangan dia,” ungkap om Mad (sapaan akrab Achmad Buluan).

Mengurai pernyataan itu, om Mad meminjam istilah ‘grade’ dan menyebut ketokohan Hidayat sudah masuk dalam klasifikasi grade A.

“Dia sudah pernah jadi panglima ASN dalam kapasitasnya selaku Sekdaprov Sulteng. Dia juga pernah menjabat walikota Palu, bahkan untuk tataran politik, beliau sudah pernah berkontestasi di level pilkada Gubernur, lawan pak Rusdy Mastura lagi dan hampir menang.

Apakah dengan kualitas tersebut beliau mau turun ke Balut yang hanya kabupaten kecil..?” tanya om Mad seakan tak butuh jawaban.

Lelaki yang sudah sepuh namun masih terlihat bersemangat ini justeru menjawab sendiri pertanyaannya.

“Hidayat punya keterikatan bathin yang kuat dengan tanah Banggai.

Ini ulang-ulang beliau bilang, bahwa Banggai adalah tanah kelahirannya yang kedua. Dia paham kelemahan dan kekuatan Banggai dan saya yakin tidak mungkin dia akan tega menyia-nyiakan harapan keluarga besarnya di sini,” ujar om Mad.

Tentang kapasitas dan jenjang karier yang telah mengantar Hidayat menuju grade puncak yang kemudian harus berhadapan dengan kebutuhan warga Banggai yang nota bene hanya sebuah kabupaten, Achmad Buluan tak menampik bahwa itu akan menjadi bagian pertarungan nurani yang sangat pelik.

“Pada titik ini, semua terpulang ke pribadi Hidayat Lamakarate. Apakah dia juga punya kecintaan yang sama dengan warga Banggai sebagaimana yang sering terungkap ataukah ini tak lebih hanya karena urusan tahta dan jabatan..!?” tanyanya, lagi-lagi retorik.

Sebenarnya lanjut om Mad, yang sulit adalah prasyarat yang kedua, yakni apakah masih ada atau masih cukupkah waktu melobi slot kursi parlemen, mengingat tahapan pendaftaran yang tersisa tinggal dua pekan.

Dari sisi itu, tentunya masih banyak hal yang perlu pembicaraan.

Tentang seberapa jauh kesiapan kandidat, tentang siapa yang pas untuk calon wakilnya dan bagaimana pemetaan politik serta peluang dan hambatannya.

Yang tak kalah penting menurutnya adalah terkait kesiapan cost politik atau setidaknya seberapa kuat sang petarung memenuhi besaran ‘mahar’ yang melingkari kursi-kursi parlemen untuk memberinya tiket rekomendasi sebagai sebuah keniscayaan elektoral.

“Hmmm… Bagaimana Demokrat…!?” tutup Achmad Buluan dengan candaan khas seorang politisi. (Sbt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *