Perindah Keraton Jelang Malabot Tumbe
BANGGAI LAUT – Jelang perhelatan ritual adat Malabot Tumbe, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Banggai Laut terus lakukan berbagai penataan memperindah lingkungan Istana Keraton Banggai.
Event adat tahunan itu memang menempatkan Keraton sebagai salah satu pusat kegiatan.
Pada Senin (6/11), nampak sejumlah orang membersihkan leanning beton sepanjang pagar halaman istana. Sepertinya bakal ada rehabilitasi ringan dan pengecatan.
Juru pelihara Keraton, Mukhlis Apok menerangkan, kegiatan semisal itu memang sudah jadi agenda rutin Dinas menjelang puncak acara.
“Ini tahun so bagus karena sudah swakelola jadi ada pemberdayaan honorer. Kalau sebelumnya semua mengarah ke pihak swasta (kontraktor),” ucapnya.
Menurutnya, program swakelola sangat positif menambah manfaat ekonomi bagi para honorer atau remaja setempat yang mau melibatkan diri.
Sementara kata dia, jika melalui pihak ketiga unsur bisnisnya lebih eksklusive yang menikmati hanya segelintir pelaku usaha.
“Padahal ujung-unjungnya kami juga yang sibuk,” imbuh dia.
Hal senada diungkap Ujang yang merasa sangat terbantu.
Koordinator para honorer itu menerangkan, pihaknya beranggota Sebelas orang dengan upah terhitung sebesar 120.000 Rupiah per hari.
“Untuk pembayaran belum ada. Prinsipnya kami selesaikan dulu pekerjaan baru baku hitung upah. Dinas juga menyediakan konsumsi,” ungkapnya.
Malabot Tumbe adalah ritual penyambutan telur burung Maleo oleh masyarakat Banggai.
Konon, sebelum mempersembahkan telur Maleo ke Keraton Banggai, masyarakat adat Batui yang menjadi kawasan habitat utamanya belum dapat mengonsumsi hasil panen mereka.
Belakangan, ritual sakral itu mendapat perhatian pemkab Balut dan mengintervensinya dalam bentuk penganggaran daerah.
Malabot Tumbe telah jadi event pariwisata unggulan kabupaten Banggai Laut dan terdaftar pada kalender Nasional tahunan setiap tanggal 4 Desember.
Selama ini telah terjalin kesepahaman sikap antara pemangku adat setempat dan pemkab Balut.
Terkait prosesi ritual inti Malabot Tumbe tetap menjadi domain para sesepuh ahli waris adat yang terdiri dari unsur keluarga Keraton dan “Bakamalian” Banggai.
Sedangkan pemerintah lebih mengarah ke acara seremonial dan pagelaran yang menitikberatkan unsur promo wisatanya. (Dzulfikar)